Jendela di buka
Sinaran merobek celahan celahan kamar
Terlihat debu hinggap di merata kawasan
Terlihat sarang labah labah menabur benih kehidupan
Jendela di buka
Udara hening memasuki
Berterbangan contengan contengan lama
Berterbangan debu sarang semua
Ku rebahkan diri di kamar
Termenung
Di temani udara sama cahaya
Melihat sekeliling kamar itu adalah kenangan
Ku teliti
Di setiap ruang
Di setiap sudut
Di setiap celah celahan
Di setiap ruang itu ada kamu
Di setiap sudut itu ada kamu
Di setiap celahan itu juga ada kamu
Udara meniup
Terik mentari masih sama suhunya
Aku yang masih duduk di atas kamar
Masih teliti juga ingati setiap apa terjadi di sini
Aku berdiri
Berjalan di satu lorong yang menempatkan gambar kita
Terpampar gembira saat itu
Saat tubuh ini di peluk erat oleh mu
Aku memandang
Di sudut sana
Di situ kita sentiasa bercerita berjenaka sama gurau senda
Masa pada waktu itu sudah tidak berharga bagi kita saat itu
Aku beralih
Di celahan itu
Di mana di situ tersimpan puisi kau sama aku
Yang sama kita tulis untuk di baca bersama di perbaiki bersama juga belajar bersama
Aku berjalan Lagi
Menuju ke tempat paling hitam
Paling gelap
Paling gelita dalam diri
Aku ke laci itu
Laci tersimpan segala kenangan antara semua
Aku buka
Sinaran tepat terpancar ke arah seutas itu
Cincin kita
Seakan ia masih bernyawa
Masih menyala kembali rasa sayangnya itu
Saat aku memandang cincin kamu
Air mata melinang
Berderai jatuh tanpa henti
Seakan kau masih ada di sisi menepuk diri untuk kuat lagi
Laci ku tutup kembali
Buat yang terakhir kali
Aku memandang sekeliling kamar
Yang menyimpan kenangan kita
Jendela ku tutup kembali
Sinaran sudah mula hilang
Kamar beransur sunyi
Sayang
Aku pergi
Nanti aku datang kembali
Untuk mengubat hati
Yang sentiasa merindui
Kamu .